Daerah Khusus Ibukota
Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara dan kota terbesar
di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang
memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak
di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan beberapa nama di
antaranya Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia. Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai
julukan J-Town, atau lebih populer lagi The Big Durian karena
dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.
Jakarta memiliki luas
sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah
10.374.235 jiwa (2017). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta
jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis,
politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor
pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi
tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara
Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma,
serta tiga pelabuhan laut di Tanjung Priok, Sunda Kelapa, dan Ancol.
Nama Jakarta sudah
digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun
1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905. Nama
"Jakarta" merupakan kependekan dari kata Jayakarta (aksara Dewanagari: जयकृत), yaitu nama dari Bahasa Sansekerta yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan berhasil
menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 dari Portugis. Nama
ini diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota
kejayaan", namun sejatinya berarti "kemenangan yang diraih oleh
sebuah perbuatan atau usaha" karena berasal dari dua kata Sansekerta yaitu Jaya (जय) yang
berarti "kemenangan"[11] dan Karta (कृत) yang
berarti "dicapai".
Bentuk lain ejaan nama
kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis, João de Barros, dalam Décadas
da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan
nama lain Caravam (Karawang)". Sebuah dokumen (piagam)
dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[13] demikian pula nama Jaketra juga
disebutkan dalam surat-surat Sultan
Banten[14] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[15] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.
Laporan Cornelis de Houtman tahun
1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning
van Jacatra (raja Jakarta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar